Festival HAM 2016 "Pawai Budaya Negeri Atas Angin - SMA Negeri 1 Bojonegoro" |
Minggu, [9/10/2016] pagi pukul 09.55 wib festival pawai budaya yang bertema "Menggali Nilai Luhur Sila Sila Pancasila Untuk Mewujudkan Bojonegoro Sebagai Daerah Tujuan Wisata dan Budaya" ini yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro secara resmi festival pawai budaya dibuka oleh beliau Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono.
Tahun ini dalam rangka merayakan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-339, SMA Negeri 1 Bojonegoro turut berpartisipasi dalam perayaan festival pawai budaya dengan mengangkat tema "Kisah Negeri Atas Angin" asal kecamatan sekar kabupaten Bojonegoro.
Perayaan festival pawai budaya ini mengandung maksud "Menjaga dan melestarikan budaya lokal sebagai wujud bentuk peduli untuk nguri uri budaya bangsa sendiri". Kepedulian untuk menjaga dan melestarikan budaya merupakan wujud implementasi nilai-nilai luhur Pancasila yang terkandung didalamnya nilai persatuan : cinta tanah air dan bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia, dan saling menghormati adanya perbedaan suku, ras etnis dan agama sehingga dapat terwujudnya persatuan.
Perayaan festival pawai budaya ini mengandung maksud "Menjaga dan melestarikan budaya lokal sebagai wujud bentuk peduli untuk nguri uri budaya bangsa sendiri". Kepedulian untuk menjaga dan melestarikan budaya merupakan wujud implementasi nilai-nilai luhur Pancasila yang terkandung didalamnya nilai persatuan : cinta tanah air dan bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia, dan saling menghormati adanya perbedaan suku, ras etnis dan agama sehingga dapat terwujudnya persatuan.
Adapun rute pawai budaya tahun ini melintasi jalan : [Start] Mas Tumapel - Imam Bonjol - Mastrip - MH. Thamrin - Panglima Sudirman - Teuku Umar - WR. Supratman - Rajawali - Imam Bonjol - SDK st. Paulus [Finish]
Berikut sinopsis festival pawai budaya tema "kisah negeri atas angin" asal kecamatan sekar kabupaten Bojonegoro yang diangkat oleh SMAN 1 Bojonegoro :
Pada
jaman kerajaan Mataram dahulu, tengah terjadi sebuah peperangan besar antara
Kerajaan Pajang dan Mataram. Dikisahkan pada saat peperangan sedang berkecemuk,
seorang prajurit dan bangsawan yang bernama Raden Atas Aji, dan Dewi Sekarsih
serta Raden Sujono Puro mengungsi di kawasan hutan yang lebat. Hal tersebut
karena situasi di dalam kerajaan yang dirasa sudah tidak aman lagi untuk mereka
bertiga tinggal.
Dikawasan
hutan lebat tersebut mereka bernaung di sebuah gua kecil yang bernama goa
“Wathu Telo” tak jauh dari air terjun
yang sampai saat ini dikenal dengan nama Banyu Mili Jono Puro, menurut kisah
nama ini diambil dari nama Raden Sujono Puro. Sementara itu nama Atas Angin,
diilhamai dari kisah legenda percintaan dua insan yang kekal sampai ajal
menjemput. Oleh sebab itu, kenapa dinamakan negeri atas angin dan Desa Sekar.
Diceritakan
dalam kisah ini bahwa, Raden Atas Aji dan Dewi Sekarsih adalah pasangan kekasih
yang memadu kasih di bukit cinta hingga maut memisahkan mereka.Kisah cinta dua
insan tersebut diyakini oleh masyarakat setempat tetap abadi sampai saat ini. Sehingga
nama Raden Atas Aji diabadikan menjadi nama Negeri Atas Angin, sedangkan nama
Dewi Sekarsih diabadikan menjadi nama sebuah desa, yaitu Desa Sekar.
Sementara itu, dikisahkan pula bahwa nenek
moyang masyarakat yang tinggal di wilayah Madiun dan Bojonegoro dahulu selalu
bermusuhan alias berseteru. Namun di dalam legenda ini Raden Atas Aji dan Dewi
Sekarsih diyakini pernah megucapkan sebuah perkataan bahwa, pada suatu ketika
nanti akan tiba saatnya, akan tercipta perdamaian antara warga Madiun dengan
warga Bojonegoro, mereka akan rukun dan damai setelah dipertemukan di kawasan
Gunung Kendeng
#Festival HAM 2016, #Festival HAM 2016, #Pawai Budaya Bojonegoro, #Negeri Atas Angin.
Berikut dokumentasi festival pawai budaya "Kisah Negeri Atas Angin" :
No comments:
Post a Comment